Selasa, 08 Desember 2015

Hipertensi



    KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI
   Pengertian
·         Hipertensi dapat didifinisikan sebagai tekanan darah persistol dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manual, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastollik 90 mmHg. (brunner dan suddarth, 2001).
·         Hipertensi adalah tekanan darah sistolik yang melebihi dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang  lebih dari 90 mmHg (Mansjoer, A. 1999).
·         Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
·         Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
·         Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ³ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ³ 90 mmHg.
 Klasifikasi Hipertensi
The join national committten on detection and treatment of high blood pressure, suatu badan penelitian hipertensi di USA menentukan batasan yang berbeda JNC – V, tekanan darah pada orang dewasa berumur diatas 18 tahun, diklasifikasikan sebagai berikut :

No.

Kriteria
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
1.
2..
3.
Normal
Perbatasan
Hipertensi
Derajat 1 : ringan (Mild)
Derajat 2 : sedang (moderate)
Derajat 3 : berat (sevete)
Derajat 4 : sangat berat ( nery sevete)
<130
130 – 139

140 -159
160 – 179
180 – 209
>209
<85
85 – 89

90 -99
100 – 109
110 – 119
>119
Tabel  Kriteria penyakit hipertensi menurut JNC – V  USA tahun 1993 (Dalimartha s. Qwijaya Kusuma, 2004).

  Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, biasanya dihubungkan dengan faktor keturunan, kebiasaan hidup, konsumsi garam dan lemak tinggi,strees,kopi, merokok.
2.      Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 )

Tanda dan Gejala
Tekanan darah terkadang berjalan tanpa adanya gejala khusus dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi pada organ-organ target seperti ginjal,otak, jantung, mata. (Soeparman, 1999).
Deteksi paling mudah terhadap hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah.
 1.Hipertensi ringan
tanda dan gejalanya terjadi sakit kepala, pusing atau migraine, gangguan penglihatan, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,mudah marah, cemas dan sulit tidur.(Noegroho, 1996).
2.Hipertensi sedang
tanda dan gejalanya terjadi rasa sakit pada dada dan menjalar kerahang, lengan, punggung atau perut bagian atas,menjadi tanda permulaan angina. (Tom Smith 1991).
3.Hipertensi berat
tanda dan gejalanya terjadi kegagalan organ seperti susah bernapas sehingga anda merasa mudah dengan tidak berbaring datar,dengan gembung pada kaki dan pergelangan kaki,gagal ginjal,retinophaty, myocardial infark. (Noegroho, 1996).
4.hipertensi terisolasi
tanda dan gejalanya terjadi kelumpuhan pada anggota badan, terutama salah satu anggota badan atau salah satu bagian muka,atau salah satu tangan, atau kemampuan berbicara turun,menjadi tanda peringatan adanya stroke. (Tom Smith 1991).
Komplikasi
Sistem Organ Komplikasi
Komplikasi Hipertensi
Jantung
Gagal jantung kongestif
Angina pectoris
Infark miokard

Sistem Syaraf pusat
Ensefalopati hipertensif
Stroke

Ginjal
Gagal ginjal kronis

Mata
Retinopati hipertensif

Pembuluh Darah Perifer
Penyakit pembuluh darah
perifer

Pemeriksan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut :
1.Hematokrit
pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat seiring dengan meningkatnya kadar natrium dalam darah. Pemeriksaan hematokrit diperlukan juga untuk mengikuti perkembangan pengobatan hipertensi.
2.Kalium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
3.Kreatinin serum
Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah kadar kreatinin dalam darah meningkat sehingga berdampak pada fungsi ginjal.
4.Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan / adanya diabetes.
5.Elektrokardiogram
Peambesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat di deteksi dengan pemeriksaan ini.Dapat juga menggambarkan apakah hipertensi telah lama berlangsung.
(Tom Smith, 1991)

 Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a.       Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
b.      Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah
c.       Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
b). Tehnik relaksasi
d.      Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2.      Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
a.       Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b.      Step 2 : Alternatif  yang bisa diberikan
1)      Dosis obat pertama dinaikan
2)      Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3)      Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c.       Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1)      Obat ke-2 diganti
2)      Ditambah obat ke-3 jenis lain
d.      Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1)      Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2)      Re-evaluasi dan konsultasi
3.      Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar