TUMOR OTAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor otak
adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit
menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang
maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor,
kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi
intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan
kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
Jumlah
penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien
tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal
yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor
yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya
yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh
lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh
tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis
spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.
Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada
usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980;
Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
1.2 Rumusan Masalah
- Apa definisi dari tumor otak?
- Apa manifestasi klinis dari tumor otak?
- Bagaimana etiologi dari tumor otak?
- Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
- Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita tumor otak?
- Apa saja komplikasi dari tumor otak?
- Bagaimana prognosis dari tumor otak?
- Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita tumor otak?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi
tumor otak.
2. Mengetahui dan memahami manifestasi
klinis dari tumor otak.
3. Mengetahui dan memahami etiologi/
faktor pencetus tumor otak.
4. Mengetahui dan memahami
patofisiologi tumor otak.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan
penunjang pada tumor otak.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi
dari tumor otak.
7. Mengetahui dan memahami prognosis
dari tumor otak.
8. Menjelaskan asuhan keperawatan
pasien dengan tumor otak.
1.4
Manfaat
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan
keperawatan pada klien dengan tumor otak, serta mampu mengimplementasikannya
dalam proses keperawatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tumor Otak
Tumor otak
adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia,
1995: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru,
payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer.
SA,2002).
Tekanan intra
kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan
serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan intra
kranial (PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak,
keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab
volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan
serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah
intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan durameter.
Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika
otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka
mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang
mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta
kematian.
2.2 Klasifikasi Tumor Otak
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Berdasarkan Jenis Tumor
·
Jinak
Sebagian besar tumor bersifat jinak,
berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur
yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih
sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.
·
Malignant
Tumor ini dapat timbul sebagai
gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat
agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat
kemosensitif.
2.3 Manifestasi Klinis Tumor Otak
a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak
yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri
kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver
valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita.
Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama
pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke
oksiput dan leher.
b. Perubahan Status
Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian,
perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada
penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk
dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
c. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat
seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi
pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal.
d. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak,
sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada
awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi
edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,
penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang
tidak menetap.
e. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek
dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah
berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului
mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
f.
Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.
2.4 Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau, yaitu:
- Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat
pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic
Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi
bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh
menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang
kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan
luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma
(neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan
saraf pusat belum diketahui.
2.5 Patofisiologi Tumor Otak
Tumor otak
menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya
sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan
oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan
pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan
yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler
primer.
Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema
sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif
dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan
otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub
arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan
tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh
karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau
serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf
ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti
nafas terjadi dengan cepat. Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif,
hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Tumor
Otak
- CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik
dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari
suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple
pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya
sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin
dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai
cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang
menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak
(space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau
intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh
ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika
terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari
herniasi sentra, unkus, dan singuli.
d. Epilepsi
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak
yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada
astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam
waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang
diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
·
Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
·
Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of
System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
a. Bentuk dada : normal
b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : normal
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
a. Bentuk dada : normal
b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : normal
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
2. Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : irregular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat
e. Nadi : Bradikardi
f. Tekanana darah Meningkat
3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
e. Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1- 6 tergantung responnya yaitu :
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
4.
Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b. Kondisi tubuh: kelelahan
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi Jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
2. Resiko kurang perawatan diri,
kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi berhubungan dengan gangguan
kognitif dan atau neurologi
3. Kecemasan berhubungan dengan menerima
ancaman biologi atau psikologi
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah
3.3 Perencanaan dan
Pelaksanaan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan intra cranial
Tujuan
:
Klien
akan mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat
Rencana
dan Tindakan :
a. Kaji tingkat
kesadaran setiap 4 jam sampai 5 jam.
b.
Gunakan pengkajian GCS untuk pengkajian secara cepat
c.
Kaji kualitas dan kekuatan otot wajah dan ekstremitas setiap 4 jam sampai 5
jam.
d.
Monitor tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan dan lakukan pemeriksaan
neurologi setiap 2 jam sampai 4 jam.
e.
Monitor dan intervensi tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial
f.
Pertahankan tindakan untuk mengatasi kejang
g.
Pertahankan lingkungan yang aman ( gunakan sisi penghalang tepat tidur,
pengikatan yang lembut )
h. Pertahankan lingkungan yang
tenang.
i. Perika teperatur
rectal setiap 2 jam sampai 4 jam.
j. Berikan
obat-obatan sebagaimana programnya.
k. Monitor adanya perubahan
mental dan kepribadian.
2.
Resiko kurang perawatan diri, kebersihan, makan, eliminasi dan atau mobilisasi
berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
Tujuan
:
Klien
akan melakukan perawatan diri untuk memenuhi kebutuhannya
Rencana
dan Tindakan :
a.
Kaji derajat kemampuan klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari :
mandi, makan, eliminasi dan mobilitas.
b. Monitor untuk tanda
perkembangan kecacatan.
c. Bantu dalam perawatan
diri sesuai kebutuhan.
d. Pertahankan diet
sebagaimana instruksi.
e. Bantu dalam pemasukan
nutrisi ssesuai kebutuhan.
f. Ambulasi sebagaimana
yang di toleransi, bantu sesuai dengan kebutuhan dengan kursi roda, walker atau tongkat.
g. Jika klien tidak dapat
ambulasi bantu dan ajarkan klien untuk alih posisi, batuk dan nafas dalam
setiap 2 jam.
h. Tinggikan bagian kepala
tempat tidur 30-45 dejarat.
i. Lakukan latihan
pergerakan sendi aktif atau pasif terhadap seluruh ekstremitas setiap 4-5 jam.
3. Kecemasan berhubungan
dengan menerima ancaman biologi atau psikologi
Tujuan
:
Klien
akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Rencana
dan Tindakan :
a. Observasi tanda dan
gejala kecemasan dan ketakutan, catat ekspresi verbal maupun nonverbal.
b. Gali perasaan, anjurkan
klien untuk mendiskusikan ketakutan, diagnosa penyakit dan terapi
yang
diberikan
c. Berikan
dukungan emosional.
d. Jelaskan secara sederhana
tentang hal yang ditanyakan klien
e. Bantu klien untuk
mengatasi kecemasan, berikut alternative cara untuk mengatasi kecemasan seperti
bimbingan imagenery, teknik relaksasi.
4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit
dan penatalaksanaan perawatan di rumah
Tujuan
:
Klien
memperlihatkan peningkatan pengetahuan
Rencana
dan Tindakan :
a. Observasi tingkat pemahaman
tentang proses penyakit dan pengobatan yang diberikan
b. Tekankan kepada dokter untuk
menjelaskan penyakit, penyabab, gejala dan pengobatan
c. Anjurkan kepada klien untuk
bertanya
d. Diskusikan
obat-obatan : nama, dosis, frekuensi pemberian, tujuan, efek toksik atau efek
samping
e. Jelaskan kebutuhan untuk
menghindari minum obat secara berlebihan tanpa pemeriksaan dokter
f. Jelaskan kebutuhan untuk
mempertahankan keseimbangan diet
g. Jelaskan kebutuhan terapi
3.4 Evaluasi
1. Perubahan perfusi Jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
Kriteria
Evaluasi :
a. Memperlihatkan
tanda-tanda neurologi dalam batas normal
b. Sadar dan berorientasi
c. Tidak mengalami
peningkatan tekanan intra cranial
2. Resiko kurang perawatan diri, kebersihan,
makan, eliminasi dan atau mobilisasi berhubungan dengan gangguan kognitif dan
atau neurologi
Kriteria
Evaluasi :
a. Memiliki kulit,
rambut, mulut dan genitalia yang bersih
b. Terpenuhi keinginan untuk
eliminasi
c. Melakukan pergerakan
pada ekstremitas
3. Kecemasan berhubungan dengan menerima
ancaman biologi atau psikologi
Kriteria
Evaluasi :
a. Klien tampak tenang
dan dapat mengemukakan perasaan dan perhatiannya.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah
Kriteria
evaluasi :
a. Mengungkapkan secara
verbal pengetahuannya tentang penatalaksanaan perawatan di rumah, proses
penyakit dan pengobatannya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Otak
manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc
atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf
atau neuron. Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi
oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi
otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung
yaitu 20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh
(Lumantobing, 2001).
Tumor
otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A.
Sylvia, 1995: 1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui,
tetapi sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa
embrional, radiasi, virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala.
Penatalaksaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi,
dan radioterapi.
4.2 Saran
- Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
- Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar