Senin, 28 Desember 2015

Prosedur tindakan PAP SMEAR, IVA, BIOPSI, KURET, KULTUR, ABORSI



MAKALAH MATERNITAS
(PAP SMEAR, IVA, BIOPSI, KURET, KULTUR, ABORSI)





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seperti telah kita ketahui kesehatan reproduksi bagi manusia sangatlah penting. Karena dalam hal ini menyangkut masalah penerus generasi atau penerus keturununan. Namun tidak dapat di pungkiri banyak penyebab terjadinya infertilitas. Ada beberapa pemeriksaan seperti, Pap Smear, IVA (inspeksi visual dengan asam asetat), Kuret atau kuretase, Biopsi endometrium, Kultur dan Aborsi yang mempunyai kelebihan masing-masing untuk mendeteksi adanya kanker dalam rahim sedini mungkin.

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian, Petunjuk, Waktu Pemeriksaan, Alur Pemeriksaan, Sampel Pemeriksaan, Alat Pengembilan Sampel, Teknik Pemeriksaan, Ketetapan Diagnostic, Petunjuk dan Persiapan dari Pap Smear.
2. Untuk Mengetahui Pengertian, Metode, Prosedur, Cara Penggunaan dan Langkah Penggunaan dari Iva
3. Untuk Mengetahui Pengertian, Prosedur, saat Tinadakan Kuret
4. Untuk Mengetahui Pengertian, Proseedur dan Efek Pada Tindakan Biopsy
5. Untuk Mengetahui Pengertian, Pencegahan dan Prosedur Pada Kultur
6. Untuk Mengetahui Pengertian, Macam-Macam, Tindakan dan Resiko

1.3 Rumusan Masalah
1. Apa dan Bagaimana Pengertian, Petunjuk, Waktu Pemeriksaan, Alat Pengembilan Sampel, Teknik Pemeriksaan, Ketetapan Diagnostic, Petunjuk Dan Persiapan Dari Pap Smear ?
2. Apa dan Bagaimana Pengertian, Metode, Prosedur, Cara Penggunaan Dan Langkah Penggunaan Dari Iva ?
3. Apa dan Bagaimana Pengertian, Prosedur, Saat Tinadakan Kuret ?
4. Apa dan Bagaimana Proseedur Dan Efek Pada Tindakan Biopsy ?
5. Apa dan Bagaimana Pengertian, Pencegahan Dan Prosedur Pada Kultur ?
6. Apa dan Bagaimana Pengertian, Macam-Macam, Tindakan dan Resiko ?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pap Smear
2.1.1. Definisi Pap Smear
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).

2.1.2. Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.
Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani, 1996).



2.1.3. Kapan Melakukan Pap Smear?
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan  paling tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 – 3 hari sebelum pemeriksaandilakukan dan tidak sedang menggunakan obat – obatan vaginal.

2.1.4. Alat Pengambilan Sampel
Alat pengambilan sampel untuk pap smear dengan menggunakan spatula yang dapat terbuat dari kayu maupun plastik. Jenis spatula antara lain : cervix brush, cytobrush, plastic spatula, maupun wooden spatula.

2.1.5.  Teknik pemeriksaan Pap smear
Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun memakai obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesai menstruasi. Terlebih dahulu mengisi informed consent dan formulir Pap Smear secara lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan. Ibu dalam posisi litotomi, pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan periksadalam sebelumnya. Setelah portio tampak, maka spatula dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, lalu spatula diputar 180° searah jarum jam. Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada permukaan serviks. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah jarum jam. Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau direndam dalam larutan alkohol 96% selama 30 menit. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirim secara kering dengan mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol. Selanjutnya sediaan tadi dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk diperiksa.



2.1.6.  Ketepatan Diagnostik Sitologi
Kualitas suatu tes penapisan dapat diukur dengan :
a. Sensitivitas : Kelompok wanita dengan tes positif diantara yang sakit.
b. Spesifisitas : Kelompok wanita dengan tes negatif diantara yang tidak sakit.
Angka negatif palsu diperkirakan berkisar 5-50%, kesalahan terbanyak disebabkan oleh pengambilan sediaan yang tidak adekuat (62%), kegagalan skrining (15 %) dan kesalahan interpretasi (23%). Sedangkan angka positif palsu berkisar 3-15 %. Ketepatan diagnostic perlu memperhatikan komponen endoserviks dan ektoserviks yang dapat menggabungkan cytobrush dan spatula.
Kesalahan yang sering terjadi :
a. Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit sel.
b. Sediaan apus terlalu tebal dan tidak merata, sel bertumpuk-tumpuk sehingga menyulitkanpemeriksaan.
c. Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama diluar, tidak segera direndam di dalam cairan fiksatif).
d. Cairan fiksatif tidak memakai alkohol 96 %.

2.1.7. Petunjuk untuk penapisan :
a. Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam aktifitas seksual.
b. Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang kali diambil setiap 2 tahun, sedangwanita dengan kelainan atau hasil abnormal perlu evaluasi lebih sering.
c. Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir.

2.1.8. PERSIAPAN
Instrumen dan medikamentosa:
-          Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan
-          Meja periksa, kursi
-          Lampu penerangan
-          Sarung tangan, apron
-          Spekulum Graves/cocor bebek/sekulum cusco
-          Cervico brush, spatula ayre
-          Kaca objek berlabel
-          Periksa kelengkapan alat yang digunakan:
-          Larutan alkohol/etanol 95%
-          Cytofix/hairspray
-          Periksa alat yang akan digunakan.
Pasien :
-          Memastikan identitas pasien dan memeriksa kelengkapan informed concent
-          Memastikan pasien tidak berhubungan intim dan irigasi vagina 3 hari terakhir
-          Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
-          Memastikan pasien sudah buang air kecil dan mencuci bagian perineum
-          Memastikan pasien membuka pakaian dalam (dibantu perawat)
-          Mempersilahkan pasien untuk tidur pada meja periksa

PENATALAKSANAAN
Menjelaskan kepada pasien, mungkin selama tindakan akan dirasakan sedikit sakit. Bila hal itu terjadi agar memberitahukan kepada pemeriksa
Memakai apron, cuci tangan dan menggunakan sarung tangan (sebagai prosedur tindakan pencegahan infeksi)
Pemeriksa duduk pada tempat yang sesuai untuk melakukan pemeriksaan. Periksa daerah genital, inspeksi pada daerah pulpa perineum, meatus uretra
Ambil speculum Graves dengan tangan kanan, tangan kiri membantu membuka labia, kemudian memasukkan ujung speculum pada introitus pararel dengan labia. Yakinkan tidak ada jaringan yang terjepit di antara lidah speculum, kemudian dorong speculum perlahan-lahan.
Sesudah speculum cukup masuk daerah vagina, putar speculum 90o searah jarum jam, lidah speculum dibuka perlahan dan dorong perlahan-lahan sampai ujung lidah speculum mencapai fornix.
Lidah speculum berada pada dinding vagina depan dan belakang, kemudian lidah speculum dibuka lebih lebar sehingga lubang vagina dan portio mudah diamati. Pertahankan speculum dengan mengunci speculum pada knobnya.
Lakukan pemeriksaan pada portio, dinding vagina. Apakah terdapat discharge, pendarahan, erosi, massa yang rapuh atau keadaan abnormal lainnya
Ambil cervico-brush. Masukkan cervico-brush yang cukup pada kanalis servikalis, dan putar 360º untuk mengusap seluruh permukaan portio
Angkat cervico-brush perlahan-lahan, tanpa menyentung jaringan sekitarnya
Oleskan cervico-brush pada objek glass yang telah disediakan. Yakinkan seluruh bagian yang terambil pada cervico-brush sudah kontak dengan objek glass.
Lakukan fiksasi slide tersebut dengan larutan fiksasi yang disediakan (larutan ethanol 95%, cytofix/hair spray ) dan keringkan.
Buka kunci speculum pada posisi semula, putar 90o berlawanan dengan arah jarum jam sehingga lidah speculum pararel dengan labia dan angkat keluar secara perlahan.
Beritahukan pada pasien, bahwa tindakan telah selesai.

PASCA TINDAKAN
1. Kumpulkan peralatan dan masukkan pada larutan dekontaminasi. Bahan habis pakai masukkan pada tempat yang telah disediakan.
2.   Bersihkan darah/secret yang melekat pada sarung tangan, kemudian lepaskan dan rendam pada larutan dekontaminasi (larutan klorin 0,5%)
Cuci tangan dan lengan pada air mengalir
Keringkan dengan handuk bersih


2.2   IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)
2.2.1. Pengertian
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).

2.2.2. Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya:
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
e. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana.
f. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.

2.2.3. Prosedur Diagnosis IVA
a.     Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal.
Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim, diantaranya sebagai berikut:
1)        Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)
2)        Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
3)        Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual
4)        Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim
5)        Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
6)        Merokok
7)        Tidak sedang datang bulan/haid
8)        Tidak sedang hamil
9)        24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis., HIV/AIDS) atau mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan asma atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV. (FK.UI.,dll., 2007).

b.     Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas seperti kapan dan dimana pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.

c.     Penilaian Klien.
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
1)     Riwayat menstruasi
2)     Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
3)     Paritas
4)     Usia pertama kali berhubungan seksual
5)     Penggunaan alat kontrasepsi

d.     Peralatan dan Bahan Lain
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut ini:
1)     Meja periksa
2)     Sumber cahaya/lampu
3)     Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
4)     Rak atau wadah peralatan

e.     Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:
1)     Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
2)     Sarung tangan periksa harus baru
3)     Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol melalui bilah spekulum.
4)     Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%)
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher rahim (sel-sel epithel) dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu dibersihkan untuk menghilangkan keputihan, kemudian asam asetat dioleskan secara merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK (sambungan skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan epitel glanduler diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas.

2.2.4.   Cara Penggunaan
a. IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada permukaan mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium.
b. Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Maka jika hal itu terjadi maka dapat dilakukan biposy.
c. Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di Puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)

2.2.5.    Langkah-Langkah Melakukan Tes IVA
a. Penilaian Klien
1.  Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
2.  Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan prosedurnya
3. Memberitahukan pasien kemungkinan temuan dan apa follow up atau terapi yang dibutuhkan.
b. Persiapan
1.  Cek apakah alat dan instrumen sudah tersedia
2.  Memastikan bahwa lampu tersedia dan siap digunakan
3. Cek apakah pasien telah mengosongkan kandung kencing dan mencuci atau membilas daerah genitalnya
4.  Mintakan pasien untuk menanggalkan pakaiannya sampai ke pinggang
5.  Membantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan menutupinya.
6. Cuci tangan dengan sabun dan air dan keringkan dengan udara atau kain bersih. Lalu palpasi perut.
7.  Pakai sepasang sarung tangan bedah yang telah disterilkan dengan desinfektan tingkat tinggi. Jika tersedia pakai sarung tangna kedua pada satu tangan.
8.  Atur instrumen dan alat-alat di atas baki yang telah disterilkan, jika belum dilakukan.

c. Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat
1.  Periksa alat kelamin luar dan cek discharge pada urethra
2.  Raba kelenjar skena dan kelenjar bartholini
3.  Masukkan spekulum sehingga seluruh serviks dapat terlihat
4. Letakkan spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap pada posisi dimana serviks tetap kelihatan. Jika memakai sarung tangan sebelah luar, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% dan pindahkan sarung tangan dengan cara memutarnya dari dalam keluar
**Jika membuang sarung tangan, letakkan di dalam satu tas plastik   atau container yang tahan bocor.
**Jika menggunakan kembali sarung tangan, rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
5.  Gerakkan sumber cahaya sehingga dapat melihat serviks dengan jelas
6.  Pariksa serviks apakah ada radang serviks, ekstropion, tumor, kista nabothi atau ulkus.
7. Pakai kapas lidi bersih untuk mengambil cairan, darah atau mukus dari serviks. Buang kapas lidi ke dalam kantong plastik atau kotak yang tahan bocor
8.  Identifikasi mulut serviks, squamocolumnar junction (SCJ) dan daerah transformasi.
9.  Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat dan oleskan pada serviks.
10. Tunggu 1 menit agar asam asetat diserap dan perubahan aceto white kelihatan.
11. Periksa SCJ dengan hati-hati, cek apakah serviks mudah berdarah dan cari aceto white epithelium.
  12. Jika perlu, oleskan lagi kapas lidi pada serviks untuk membersihkan mucus, darah, debris.
13.  Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.
14.  Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
15.  Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektovaginal (jika ada indikasi)



 


2.3  KURET
2.3.1. Pengertian
Kuret atau kuretase merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim dengan fungsi diagnostik atau terapetik. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus, endometriosis, atau sisa plasenta yang tertinggal seusai persalinan. Kuret perlu dilakukan supaya rahim bersih dari jaringan yang tidak semestinya berada bahkan tumbuh di dalamnya. Jika tidak dibersihkan, akan memunculkan gangguan seperti nyeri dan perdarahan.

2.3.2. Prosedur Kuretase
Persiapan Pasien Sebelum Kuretase
1.  Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
2.  Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik.


3.  Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan kuret (Fajar, 2007).

Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase
Melakukan USG terlebih dahulu, mengukur tekanan darah pasien, dan melakukan pemeriksaan Hb, menghitung pernapasan, mengatasi perdarahan, dan memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit (Damayanti, 2008).

           Persiapan Alat
           1. Alat tenun
2. Baju operasi
3. Laken
4. Doek kecil,
           
Alat kuretase
1.  Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran S/M/L)
2.  Sonde penduga uterus
a. Untuk mengukur kedalaman rahim
b.  Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
3.  Cunam muzeus atau cunam porsio
4.  Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
5.  Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)
6.  Cunam tampon satu buah
7.  Kain steril dan handscoon 2 pasang
8.  Tenakulum 1 buah
9.  Kom
10.  Lampu sorot
11.  Larutan antiseptik
12.  Tensimeter, stetoskop, sarung tangan DTT
13.  Set infus, aboket, cairan infus
14.  Kateter karet 1 buah
15.  Spuit 3 cc dan 5 cc
16.  Oksigen dan regulator (Yara, 2011).
                    
Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi (dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).

Teknik Kuretase
·         Tentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
·         Penduga Rahim (sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang ataudalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
·         Dilatasi dan Kuretase
Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan dipersiapkan sebagaimana mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali lagi menentukan besar dan letaknya uterus serta ada atau tidaknya kelainan disamping uterus.
Sesudah premedikasi diberikan,  infus glukosa 5 % intravena dengan 10 satuan oksitosin dipasang dan diteteskan perlahan-lahan untuk menimbulkan kontraksi dinding uterus dan mengecilkan bahaya perforasi. Kemudian anastesi umum, misalnya dengan penthotal sodium, diberikan. Setelah spekulum vagina dipasang, satu atau dua serviks menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan diangkat dan spekulum belakang dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang dengan tangan kiri si penolong untuk mengadakan fiksasi pada serviks uteri dan untuk dapat mengatur kekuatan untuk dapat memasukkan busi Hegar melalui ostium uteri internum. Sonde uterus dimasukkan dengan hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum uteri. Sesudah itu dilakukan dilatasi kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer kecil hingga yang secukupnya, tetapi tidak lebih dari busi nomer 12 pada seorang multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh melebihi panjang sonde uterus yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang primigravida lebih sulit dan mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks uteri, sehingga lebih baik dilakukan pada kehamilan yang lebih muda dan diadakan dilatasi yang sekecil-kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim dapat dilakukan dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar ovum kecil tidak terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut puteran jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian besar lepas dari dinding uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak mungkin dengan cunam abortus, kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar. Apabila perlu, dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang harus dikeluarkan esok harinya.
·         Dilatasi dengan dua tahap
            Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu ganggang laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya masuk sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian dimasukkan tampon kasa kedalam vagina.
Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air, sehingga diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan perlahan-lahan pada kanalis servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan dan pembukaan dapat dibesarkan dengan busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah infeki dan perdarahan mendadak.
·         Kuretase dengan cara penyedotan (suction curettage)
Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalannya kavum uteri. Anastesi umum dengan penthotal sodium, atau anastesia paracervikal block dilakukan dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung kencing dekat pada perbatasannya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan (diametr antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri dan kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator).
Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan kuret digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan. Pada kehamilan kurang dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit. Pada kehamilan yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi lainnya diisap keluar. Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan kuret biasa (Prawirohardjo, 2007).


2.4  Biopsi
2.4.1. Pengertian biopsy endometrium/mikrokuretase
Mikrokuretase atau juga dikenal dengan istilah biopsi endometrium adalah pemeriksaan untuk menilai ciri, bentuk, dan besarnya sel selaput lendir rahim (endometrium). Mikrokuretase dilakukan dengan mengambil percontoh sel endometrium memakai kuret kecil khusus yang dimasukkan melalui saluran leher rahim (kanalis servikalis) ke dalam rongga rahim.
Gambaran dari sel endometrium tersebut dapat mencerminkan apakah ovulasi sudah terjadi, karena perubahan hormon estrogen dan progesteron secara siklik mempengaruhi tampilan perubahan sel endometrium sesuai dengan fasenya. Selain itu, juga untuk pemeriksaan histologis misalnya untuk biakan terhadap tuberkulosis, pertumbuhan endometrium yang tidak memadai (defek fase luteal), atau pertumbuhan endometrium yang berlebihan (hiperplasia endometrium).
Suatu biopsi endometrium dilakukan untuk: 
1. Biopsi endometrium dapat dilakukan untuk membantu menentukan penyebab dari beberapa abnormal hasil pap test 
2.  Menemukan penyebab pendarahan rahim berat, berkepanjangan, atau tidak teratur. Hal ini sering dilakukan untuk mengetahui penyebab perdarahan uterus pada wanita yang telah melalui menopause. 
3. Melihat apakah dinding rahim ( endometrium ) akan melalui perubahan siklus haid normal.


Ada sejumlah indikasi untuk memperoleh biopsi endometrium dalam wanita non-hamil: 
1. Wanita dengan anovulasi kronis seperti polycystic ovary syndrome  akan meningkatkan risiko untuk masalah endometrium dan biopsi endometrium mungkin berguna untuk menilai mereka lapisan khusus untuk menyingkirkan hiperplasia endometrium  atau kanker. 
2. Pada wanita dengan kelainan pendarahan vagina, biopsi dapat menunjukkan adanya lapisan abnormal seperti hiperplasia endometrium atau kanker 
3. Pada pasien dengan dicurigai kanker rahim, biopsi dapat menemukan adanya sel kanker di endometrium atau leher rahim. 
4. Pada wanita infertilitas penilaian lapisan dapat menentukan, jika benar waktunya, bahwa pasien ovulasi, Namun, informasi yang sama dapat diperoleh dengan tes darah progesterone level.
  2.4.2. Cara kerja biopsy endometrium
Aturan persiapan untuk pasien:
  1. Mikrokuretase biasanya dilakukan pada hari ke 21-22 siklus haid normal. 
  2. Mikrokuretase dilakukan jika uji kehamilan menunjukkan hasil negatif karena terdapat risiko bahwa tindakan ini dapat meng-gangu kehamilan dini. 
  3. Pasien tidak dalam keadaan demam tinggi, atau sakit berbahaya di alat kelamin (misal infeksi atau perdarahan vagina). 
  4. Pasien diharuskan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum tindakan. 
  5. Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan. 
  6. Untuk menghindari kecemasan, biasanya sebelum dilakukan tindakan pasien diberikan obat penenang, dan setelah tindakan diberikan obat pereda nyeri 
  7. Setelah tindakan dan bilamana telah sadar dari pengaruh obat penenang, pasien boleh pulang dan periksa kembali ke dokter 2 minggu kemudian. 
  8. Pasien mungkin akan mengalami kram ringan satu jam setelah tindakan (setelah khasiat obat penenang hilang), dan  juga mengalami bercak darah (spotting). Perdarahan ringan dan spotting dapat menetap hingga siklus haid berikutnya (sekitar 7 hari lagi).
Ada beberapa cara untuk melakukan biopsi endometrium. Dokter mungkin menggunakan: 
  1. perangkat lunak strawlike (pipelle) untuk mengambil contoh kecil dari lapisan di rahim. Metode ini cepat dan tidak menyakitkan. 
  2. Sebuah alat yang tajam bermata disebut kuret. Dokter akan mengikis sampel kecil dan mengambilnya dengan jarum suntik atau hisap. Ini disebut dilatasi dan kuretase (D & C).  A & P dapat dilakukan untuk mengendalikan perdarahan uterus berat (perdarahan) atau untuk membantu menemukan penyebab pendarahan. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum atau regional.
  3. Suatu alat elektronik hisap (Vabra aspirasi). Metode ini menyebabkan tidak nyaman. 
  4. Sebuah semprotan cair (irigasi jet) untuk mencuci dari beberapa jaringan yang melapisi rahim. Sebuah sikat dapat digunakan untuk menghapus beberapa lapisan sebelum dilakukan pencucian 
  5. Pasien terletak di meja periksa dalam posisi yang sama dengan yang digunakan untuk mendapatkan Pap smear. Dokter menggunakan spekulum untuk membuka saluran vagina dan memvisualisasikan serviks, pembukaan ke rahim. Selama biopsi endometrium, dokter memasukkan plastik tipis atau perangkat logam berbentuk tabung melalui leher rahim ke dalam rahim untuk menghapus sepotong kecil dari jaringan lapisan dalam.
2.4.3.  Efek samping terhadap pasien
Adapun efek samping dari biopsy endometrium:
1.      Resiko utama adalah rasa sakit atau kram, tetapi ini biasanya mereda cepat mengikuti prosedur. 
2.      Setelah prosedur, beberapa pasien mungkin mengalami pendarahan. 
3.      Sebuah perforasi rahim atau infeksi komplikasi jarang terjadi. 
4.      Risiko lainnya kurang umum seperti pingsan atau pusing, infeksi mungkin, perdarahan, dan jarang, perforasi rahim.


2.5  KULTUR
2.5.1. Pengertian Kultur Keputihan
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau bakteri penyebab keputihan patologis apabila dengan pengobatan biasa tidak membuat keputihan berkurang atau sembuh. Dengan adanya kultur, dokter akan dapat memberikan terapy yang tepat untuk jenis bakteri atau kuman penyebab keputihan sehingga keputihan dapat disembuhkan.
Sangat baik dilakukan pada pasien yang belum pernah berhubungan atau senggama.

2.5.2. Pencegahan Keputihan
- Menjaga kebersihan vagina.
- Hindari pembilasan vagina yang terlalu mendalam.
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah membasuh vagina.
- Pergantian pembalut dilakukan lebih sering pada saat menstruasi.
- Hindarkan segala pemakaian bahan kimia
- Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan.
- Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan.
- Menjaga kebersihan pasangan seksual.

2.5.3. Prosedur Pemeriksaan Per Vaginam
1.    Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
2.    Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
- Kapas lidi steril atau oase.
- Obyek glass.
- Bengkok .
- Sarung tangan.
- Spekulum.
- Kain Kassa, kapas sublimat dan perak.
3.    Memasang sampiran
4.    Membuka atau menganjurkan pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privasi pasien).
5.     Memasang pengalas dibawah bokong pasien.
6.  Mengatur posisi pasien dengan kaki di tekuk .
7.  Mencuci tangan dengan sabun, air mengalir, dan mengeringkan dengan handuk bersih.
8.  Memakai sarung tangan.
9.  Buka labia mayoranya dengan ibu jari, jari telunjuk tangan yang tidak dominan.
10. Mengambil sekret vagina dengan kapa lidi, tangan yang dominan sesuai kebutuhan.
11. Mengusapkan sekret vagina pada obyek glass yang disediakan
12. Membuang kapas lidi dalam bengkok.
13. Memasukkan obyek glass kedalam piring petri atau kedalam tabung kimia dan ditutup.
14. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen uantuk di kirim ke laboraturium .
15. Membereskan alat.
16. Melepas sarung tangan.
17. Mencuci tangan dengan sabun , air mengalir dan mengeringkan dengan handuk bersih.
18. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.








2.6 ABORSI
2.6.1. Pengertian
Definisi aborsi/abortus menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu) atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).

2.6.2. Macam-Macam Aborsi
1. Abortus Komplet

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

2.6.3. Tindakan Aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu: 
1.   Aborsi dilakukan sendiri 
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.

2.   Aborsi dilakukan orang lain
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 
5 tahapan, yaitu:         
1.   Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
2.   Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan 
3.   Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan 
4.   Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
5.   Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di
     tanah kosong, atau dibakar di tungku
2.6.4. Resiko Aborsi
1.      Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
2.      Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3.      Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4.      Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5.      Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
6.      Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
7.      Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
8.      Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
9.      Kanker hati (Liver Cancer).
10.  Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
11.  Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
12.  Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
13.  Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)





BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Banyak berbagai macam cara pemeriksaan untuk mengetahui kanker dalam vagina seperti, Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Kuret atau kuretase merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Biopsi endometrium adalah pemeriksaan untuk menilai ciri, bentuk, dan besarnya sel selaput lendir rahim (endometrium). Kultur Keputihan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau bakteri. Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu) atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).

3.2 Saran
1.    Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan.
2.    Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar