MAKALAH
MATERNITAS
(PAP SMEAR, IVA, BIOPSI, KURET, KULTUR, ABORSI)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti telah kita ketahui kesehatan
reproduksi bagi manusia sangatlah penting. Karena dalam hal ini menyangkut
masalah penerus generasi atau penerus keturununan. Namun tidak dapat di pungkiri
banyak penyebab terjadinya infertilitas. Ada beberapa pemeriksaan seperti, Pap
Smear, IVA (inspeksi visual dengan asam asetat), Kuret atau kuretase, Biopsi endometrium, Kultur
dan Aborsi yang mempunyai kelebihan masing-masing untuk mendeteksi adanya
kanker dalam rahim sedini mungkin.
1.2
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Pengertian, Petunjuk, Waktu Pemeriksaan, Alur Pemeriksaan,
Sampel Pemeriksaan, Alat Pengembilan Sampel, Teknik Pemeriksaan, Ketetapan
Diagnostic, Petunjuk dan Persiapan dari Pap Smear.
2. Untuk Mengetahui Pengertian, Metode, Prosedur,
Cara Penggunaan dan Langkah Penggunaan dari Iva
3. Untuk Mengetahui Pengertian, Prosedur, saat
Tinadakan Kuret
4. Untuk Mengetahui Pengertian, Proseedur dan Efek
Pada Tindakan Biopsy
5. Untuk Mengetahui Pengertian, Pencegahan dan
Prosedur Pada Kultur
6. Untuk Mengetahui Pengertian, Macam-Macam,
Tindakan dan Resiko
1.3
Rumusan Masalah
1. Apa dan Bagaimana Pengertian, Petunjuk, Waktu
Pemeriksaan, Alat Pengembilan Sampel, Teknik Pemeriksaan, Ketetapan Diagnostic,
Petunjuk Dan Persiapan Dari Pap Smear ?
2. Apa dan Bagaimana Pengertian, Metode, Prosedur,
Cara Penggunaan Dan Langkah Penggunaan Dari Iva ?
3.
Apa dan Bagaimana Pengertian, Prosedur, Saat Tinadakan Kuret ?
4.
Apa dan Bagaimana Proseedur Dan Efek Pada Tindakan Biopsy ?
5.
Apa dan Bagaimana Pengertian, Pencegahan Dan Prosedur Pada Kultur ?
6. Apa dan Bagaimana Pengertian, Macam-Macam,
Tindakan dan Resiko ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pap Smear
2.1.1. Definisi Pap
Smear
Tes
Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia)
sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto,
Sulistyanto, 2008).
Pap
Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim
dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman
dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).
2.1.2. Petunjuk
Pemeriksaan Pap Smear
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita
sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual.
Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih
dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali
setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes
setiap tahun.
Selain itu wanita yang telah
mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear lagi.
Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks
tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat
menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari
setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat
pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes,
pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini
dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut
juga dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan
Pap Smear (Bhambhani, 1996).
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak
setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri
sampai usia 70 tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 – 3 hari sebelum pemeriksaandilakukan dan tidak sedang menggunakan obat – obatan
vaginal.
2.1.4. Alat Pengambilan Sampel
Alat pengambilan sampel untuk pap smear dengan menggunakan spatula yang dapat terbuat dari
kayu maupun plastik. Jenis spatula antara lain : cervix brush, cytobrush, plastic
spatula, maupun wooden spatula.
Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun memakai obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesai menstruasi. Terlebih dahulu mengisi informed consent dan formulir Pap Smear secara lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut
pengambilan. Ibu dalam posisi litotomi, pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, dan
tanpa melakukan periksadalam sebelumnya. Setelah portio tampak, maka spatula
dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, lalu spatula diputar 180° searah jarum jam. Spatula dengan
ujung pendek diusap 360° pada permukaan serviks. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan
arah jarum jam. Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau
direndam dalam larutan alkohol 96% selama 30 menit. Sediaan dapat dikirim
secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirim secara kering dengan
mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol. Selanjutnya sediaan tadi
dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk diperiksa.
Kualitas suatu tes penapisan dapat diukur dengan :
Angka negatif palsu diperkirakan
berkisar 5-50%, kesalahan terbanyak disebabkan oleh pengambilan sediaan yang
tidak adekuat (62%), kegagalan skrining (15 %) dan kesalahan interpretasi
(23%). Sedangkan angka positif palsu berkisar 3-15 %. Ketepatan diagnostic
perlu memperhatikan komponen endoserviks dan ektoserviks yang dapat menggabungkan
cytobrush dan spatula.
Kesalahan yang sering terjadi :
a. Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit sel.
b. Sediaan apus terlalu tebal dan tidak merata, sel
bertumpuk-tumpuk sehingga menyulitkanpemeriksaan.
c. Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama
diluar, tidak segera direndam di dalam cairan fiksatif).
2.1.7. Petunjuk untuk penapisan :
b. Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif
berulang kali diambil setiap 2 tahun, sedangwanita dengan kelainan atau hasil abnormal perlu evaluasi lebih sering.
c. Pada usia 70 tahun atau lebih tidak
diambil lagi dengan syarat hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir.
2.1.8. PERSIAPAN
Instrumen dan medikamentosa:
-
Periksa kelengkapan alat yang akan
digunakan
-
Meja periksa, kursi
-
Lampu penerangan
-
Sarung tangan, apron
-
Spekulum Graves/cocor bebek/sekulum
cusco
-
Cervico brush, spatula ayre
-
Kaca objek berlabel
-
Periksa kelengkapan alat yang digunakan:
-
Larutan alkohol/etanol 95%
-
Cytofix/hairspray
-
Periksa alat yang akan digunakan.
Pasien
:
-
Memastikan identitas pasien dan
memeriksa kelengkapan informed concent
-
Memastikan pasien tidak berhubungan
intim dan irigasi vagina 3 hari terakhir
-
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
-
Memastikan pasien sudah buang air kecil
dan mencuci bagian perineum
-
Memastikan pasien membuka pakaian dalam
(dibantu perawat)
-
Mempersilahkan pasien untuk tidur pada
meja periksa
PENATALAKSANAAN
Menjelaskan
kepada pasien, mungkin selama tindakan akan dirasakan sedikit sakit. Bila hal
itu terjadi agar memberitahukan kepada pemeriksa
Memakai
apron, cuci tangan dan menggunakan sarung tangan (sebagai prosedur tindakan
pencegahan infeksi)
Pemeriksa
duduk pada tempat yang sesuai untuk melakukan pemeriksaan. Periksa daerah
genital, inspeksi pada daerah pulpa perineum, meatus uretra
Ambil
speculum Graves dengan tangan kanan, tangan kiri membantu membuka labia,
kemudian memasukkan ujung speculum pada introitus pararel dengan labia.
Yakinkan tidak ada jaringan yang terjepit di antara lidah speculum, kemudian
dorong speculum perlahan-lahan.
Sesudah
speculum cukup masuk daerah vagina, putar speculum 90o searah jarum jam, lidah
speculum dibuka perlahan dan dorong perlahan-lahan sampai ujung lidah speculum
mencapai fornix.
Lidah
speculum berada pada dinding vagina depan dan belakang, kemudian lidah speculum
dibuka lebih lebar sehingga lubang vagina dan portio mudah diamati. Pertahankan
speculum dengan mengunci speculum pada knobnya.
Lakukan
pemeriksaan pada portio, dinding vagina. Apakah terdapat discharge, pendarahan,
erosi, massa yang rapuh atau keadaan abnormal lainnya
Ambil
cervico-brush. Masukkan cervico-brush yang cukup pada kanalis servikalis, dan
putar 360º untuk mengusap seluruh permukaan portio
Angkat
cervico-brush perlahan-lahan, tanpa menyentung jaringan sekitarnya
Oleskan
cervico-brush pada objek glass yang telah disediakan. Yakinkan seluruh bagian
yang terambil pada cervico-brush sudah kontak dengan objek glass.
Lakukan
fiksasi slide tersebut dengan larutan fiksasi yang disediakan (larutan ethanol
95%, cytofix/hair spray ) dan keringkan.
Buka
kunci speculum pada posisi semula, putar 90o berlawanan dengan arah jarum jam
sehingga lidah speculum pararel dengan labia dan angkat keluar secara perlahan.
Beritahukan
pada pasien, bahwa tindakan telah selesai.
PASCA
TINDAKAN
1. Kumpulkan peralatan dan masukkan pada
larutan dekontaminasi. Bahan habis pakai masukkan pada tempat yang telah
disediakan.
2. Bersihkan
darah/secret yang melekat pada sarung tangan, kemudian lepaskan dan
rendam pada larutan dekontaminasi (larutan klorin 0,5%)
Cuci
tangan dan lengan pada air mengalir
Keringkan
dengan handuk bersih
2.2 IVA
(Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)
2.2.1. Pengertian
IVA
(inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
2.2.2. Metode
skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya:
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter
ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan
ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
e. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat
sederhana.
f. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
2.2.3. Prosedur Diagnosis IVA
a. Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker
dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45 tahun. Kanker leher rahim
menempati angka tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan 50 tahun,
sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin
terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal.
Sejumlah faktor resiko yang
berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim, diantaranya sebagai
berikut:
1)
Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)
2)
Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
3)
Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual
4)
Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim
5)
Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
6)
Merokok
7) Tidak sedang datang
bulan/haid
8) Tidak sedang
hamil
9) 24 jam
sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Selain itu, ibu yang mengalami
masalah penurunan kekebalan tubuh (mis., HIV/AIDS) atau mengunakan
costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan asma atau lupus) berisiko lebih
tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV. (FK.UI.,dll.,
2007).
b.
Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja
dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, pada masa kehamilan dan saat
asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut dapat dilakukan pada wanita
yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan
untuk tiap hasil tes, termasuk ketika konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing
hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu tersebut
(mis., kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5
tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas seperti kapan dan
dimana pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan
kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.
c.
Penilaian Klien.
Tanyakan riwayat singkat kesehatan
reproduksinya, antara lain:
1) Riwayat menstruasi
2) Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
3) Paritas
4) Usia pertama kali berhubungan seksual
5) Penggunaan alat kontrasepsi
d.
Peralatan dan Bahan Lain
IVA dapat dilakukan di klinik
manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut ini:
1)
Meja periksa
2)
Sumber cahaya/lampu
3)
Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
4)
Rak atau wadah peralatan
e. Bahan-bahan yang diperlukan untuk
melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:
1)
Kapas swab digunakan untuk
menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari serviks (leher rahim) dan untuk
mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
2)
Sarung tangan periksa harus baru
3)
Spatula kayu; digunakan untuk
mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol melalui bilah spekulum.
4)
Asam asetat; adalah bahan utama
cuka. Larutan asam asetat (3-5%)
Untuk melakukan IVA, petugas
mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim.
Larutan tersebut menunjukkan
perubahan pada sel-sel yang menutupi leher rahim (sel-sel epithel) dengan
menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan
spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu dibersihkan untuk menghilangkan
keputihan, kemudian asam asetat dioleskan secara merata pada serviks. Setelah
minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK (sambungan skuamokolumner), sebagai
sambungan antara epitel skuamous dan epitel glanduler diperiksa untuk melihat
apakah terjadi perubahan acetowhite. hasil tes (positif atau negatif) harus
dibahas.
2.2.4. Cara Penggunaan
a. IVA test dilakukan dengan cara
mengoleskan asam asetat 3-5% pada permukaan mulut rahim. Pada lesi prakanker
akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium.
b. Hasil dari pemeriksaan ini adalah
bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Maka jika hal itu terjadi
maka dapat dilakukan biposy.
c. Pemeriksaan dengan metode ini bisa
dilakukan oleh bidan atau dokter di Puskesmas atau di tempat praktek bidan
dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)
2.2.5. Langkah-Langkah Melakukan Tes IVA
a. Penilaian
Klien
1. Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
2. Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan
prosedurnya
3. Memberitahukan pasien kemungkinan
temuan dan apa follow up atau terapi yang dibutuhkan.
b. Persiapan
1. Cek apakah alat dan instrumen sudah tersedia
2. Memastikan bahwa lampu tersedia dan siap digunakan
3. Cek apakah pasien telah mengosongkan
kandung kencing dan mencuci atau membilas daerah genitalnya
4. Mintakan pasien untuk menanggalkan pakaiannya sampai ke
pinggang
5. Membantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan menutupinya.
6. Cuci tangan dengan sabun dan air dan
keringkan dengan udara atau kain bersih. Lalu palpasi perut.
7. Pakai sepasang sarung tangan bedah yang telah disterilkan
dengan desinfektan tingkat tinggi. Jika tersedia pakai sarung tangna kedua pada
satu tangan.
8. Atur instrumen dan alat-alat di atas baki yang telah
disterilkan, jika belum dilakukan.
c. Inspeksi
Visual Dengan Asam Asetat
1. Periksa alat kelamin luar dan cek discharge pada urethra
2. Raba kelenjar skena dan kelenjar bartholini
3. Masukkan spekulum sehingga seluruh serviks dapat terlihat
4. Letakkan spekulum dalam posisi
terbuka sehingga spekulum tetap pada posisi dimana serviks tetap kelihatan.
Jika memakai sarung tangan sebelah luar, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%
dan pindahkan sarung tangan dengan cara memutarnya dari dalam keluar
**Jika
membuang sarung tangan, letakkan di dalam satu tas plastik atau
container yang tahan bocor.
**Jika
menggunakan kembali sarung tangan, rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
5. Gerakkan sumber cahaya sehingga dapat melihat serviks dengan
jelas
6. Pariksa serviks apakah ada radang serviks, ekstropion,
tumor, kista nabothi atau ulkus.
7. Pakai kapas lidi bersih untuk
mengambil cairan, darah atau mukus dari serviks. Buang kapas lidi ke dalam
kantong plastik atau kotak yang tahan bocor
8. Identifikasi mulut serviks, squamocolumnar junction (SCJ)
dan daerah transformasi.
9. Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat dan oleskan
pada serviks.
10. Tunggu 1
menit agar asam asetat diserap dan perubahan aceto white kelihatan.
11. Periksa SCJ dengan hati-hati, cek
apakah serviks mudah berdarah dan cari aceto white epithelium.
12. Jika perlu, oleskan lagi kapas lidi pada serviks untuk
membersihkan mucus, darah, debris.
13. Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru
untuk membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.
14. Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif,
masukkan spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
15. Lakukan pemeriksaan bimanual dan
rektovaginal (jika ada indikasi)
2.3 KURET
2.3.1. Pengertian
Kuret
atau kuretase merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan
dari dalam rahim dengan fungsi diagnostik atau terapetik. Jaringan bisa berupa
janin yang mengalami abortus, endometriosis, atau sisa plasenta yang tertinggal
seusai persalinan. Kuret perlu dilakukan supaya rahim bersih dari jaringan yang
tidak semestinya berada bahkan tumbuh di dalamnya. Jika tidak dibersihkan, akan
memunculkan gangguan seperti nyeri dan perdarahan.
2.3.2. Prosedur
Kuretase
Persiapan Pasien Sebelum Kuretase
1.
Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus
mempersiapkan dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya
perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
2. Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani
kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk
mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti
halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi
psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan
bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin
terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya
begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena
secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa
tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan
baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.
Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya
dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik.
3. Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan
kepada dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret,
persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul.
Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu tentang
kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami
dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan kuret (Fajar, 2007).
Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase
Melakukan USG
terlebih dahulu, mengukur tekanan darah pasien, dan melakukan pemeriksaan Hb,
menghitung pernapasan, mengatasi perdarahan, dan memastikan pasien dalam
kondisi sehat dan fit (Damayanti, 2008).
Persiapan Alat
1.
Alat tenun
2. Baju operasi
3. Laken
4. Doek kecil,
Alat kuretase
1.
Spekulum dua buah
(Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran S/M/L)
2.
Sonde penduga
uterus
a. Untuk mengukur kedalaman rahim
b. Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
3.
Cunam muzeus atau
cunam porsio
4.
Berbagai ukuran
busi (dilatator) Hegar
5.
Bermacam-macam
ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)
6.
Cunam tampon satu
buah
7.
Kain steril dan
handscoon 2 pasang
8.
Tenakulum 1 buah
9.
Kom
10.
Lampu sorot
11.
Larutan antiseptik
12.
Tensimeter,
stetoskop, sarung tangan DTT
13.
Set infus, aboket,
cairan infus
14.
Kateter karet 1
buah
15.
Spuit 3 cc dan 5 cc
16.
Oksigen dan
regulator (Yara, 2011).
Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan
diberikan obat anestesi (dibius) secara total dengan jangka waktu singkat,
sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase
dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter.
Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh
dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk
mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus
endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke
dalam rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok
dengan cara melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus
dilakukan dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila
sudah berbunyi “krok-krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim)
menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok
melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan
waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).
Teknik Kuretase
·
Tentukan
Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat
yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu
memasukkan alat – alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya
jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
·
Penduga
Rahim (sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan
tentukan panjang ataudalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung
penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau
dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya
rahim.
·
Dilatasi
dan Kuretase
Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan
dipersiapkan sebagaimana mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali
lagi menentukan besar dan letaknya uterus serta ada atau tidaknya kelainan
disamping uterus.
Sesudah premedikasi diberikan, infus glukosa 5 %
intravena dengan 10 satuan oksitosin dipasang dan diteteskan perlahan-lahan
untuk menimbulkan kontraksi dinding uterus dan mengecilkan bahaya perforasi.
Kemudian anastesi umum, misalnya dengan penthotal sodium, diberikan. Setelah
spekulum vagina dipasang, satu atau dua serviks menjepit dinding depan porsio
uteri. Spekulum depan diangkat dan spekulum belakang dipegang oleh seorang
pembantu. Cunam dipegang dengan tangan kiri si penolong untuk mengadakan
fiksasi pada serviks uteri dan untuk dapat mengatur kekuatan untuk dapat
memasukkan busi Hegar melalui ostium uteri internum. Sonde uterus dimasukkan
dengan hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum uteri. Sesudah itu
dilakukan dilatasi kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer kecil hingga
yang secukupnya, tetapi tidak lebih dari busi nomer 12 pada seorang multipara.
Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh melebihi panjang sonde uterus yang
dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang primigravida lebih sulit dan
mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks uteri, sehingga lebih baik
dilakukan pada kehamilan yang lebih muda dan diadakan dilatasi yang
sekecil-kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi
rahim dapat dilakukan dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh kavum
uteri dikerok, agar ovum kecil tidak terlewat, kerokan dilakukan secara
sistematis menurut puteran jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret
tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian
besar lepas dari dinding uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak
mungkin dengan cunam abortus, kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret
tajam yang cukup besar. Apabila perlu, dimasukkan tampon kedalam kavum uteri
dan vagina, yang harus dikeluarkan esok harinya.
·
Dilatasi
dengan dua tahap
Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan
pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola
hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu
ganggang laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung
atasnya masuk sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina,
kemudian dimasukkan tampon kasa kedalam vagina.
Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi
air, sehingga diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan
perlahan-lahan pada kanalis servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan dan
pembukaan dapat dibesarkan dengan busi hegar, bahaya pemakaian ganggang
laminaria adalah infeki dan perdarahan mendadak.
·
Kuretase
dengan cara penyedotan (suction curettage)
Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta
besarnya uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks
dipegang dengan cunam serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui
panjang dan jalannya kavum uteri. Anastesi umum dengan penthotal sodium, atau
anastesia paracervikal block dilakukan dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada
korpus uteri dibawah kandung kencing dekat pada perbatasannya pada serviks.
Sesudah itu, jika perlu diadakan dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan
kuret penyedot yang besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan (diametr antara 6
dan 11 mm). Alat tersebut dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri dan
kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator).
Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80
cm dan kuret digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan. Pada
kehamilan kurang dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit.
Pada kehamilan yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan
cairan serta isi lainnya diisap keluar. Apabila masih ada yang tertinggal, sisa
itu dikeluarkan dengan kuret biasa (Prawirohardjo, 2007).
2.4 Biopsi
2.4.1. Pengertian biopsy
endometrium/mikrokuretase
Mikrokuretase atau juga
dikenal dengan istilah biopsi endometrium adalah pemeriksaan untuk menilai
ciri, bentuk, dan besarnya sel selaput lendir rahim (endometrium).
Mikrokuretase dilakukan dengan mengambil percontoh sel endometrium memakai
kuret kecil khusus yang dimasukkan melalui saluran leher rahim (kanalis
servikalis) ke dalam rongga rahim.
Gambaran dari sel
endometrium tersebut dapat mencerminkan apakah ovulasi sudah terjadi, karena
perubahan hormon estrogen dan progesteron secara siklik mempengaruhi tampilan
perubahan sel endometrium sesuai dengan fasenya. Selain itu, juga untuk
pemeriksaan histologis misalnya untuk biakan terhadap tuberkulosis, pertumbuhan
endometrium yang tidak memadai (defek fase luteal), atau pertumbuhan
endometrium yang berlebihan (hiperplasia endometrium).
Suatu biopsi endometrium dilakukan untuk:
1.
Biopsi endometrium dapat dilakukan untuk membantu menentukan penyebab dari
beberapa abnormal hasil pap test
2. Menemukan penyebab pendarahan rahim berat,
berkepanjangan, atau tidak teratur. Hal ini sering dilakukan untuk mengetahui
penyebab perdarahan uterus pada wanita yang telah melalui menopause.
1.
Wanita dengan anovulasi kronis seperti polycystic ovary syndrome akan
meningkatkan risiko untuk masalah endometrium dan biopsi endometrium mungkin
berguna untuk menilai mereka lapisan khusus untuk menyingkirkan hiperplasia
endometrium atau kanker.
2.
Pada wanita dengan kelainan pendarahan vagina, biopsi dapat menunjukkan adanya
lapisan abnormal seperti hiperplasia endometrium atau kanker
3.
Pada pasien dengan dicurigai kanker rahim, biopsi dapat menemukan adanya sel
kanker di endometrium atau leher rahim.
4.
Pada wanita infertilitas penilaian lapisan dapat menentukan, jika benar
waktunya, bahwa pasien ovulasi, Namun, informasi yang sama dapat diperoleh
dengan tes darah progesterone level.
2.4.2. Cara kerja biopsy endometrium
Aturan persiapan untuk
pasien:
- Mikrokuretase biasanya dilakukan pada hari ke 21-22 siklus haid normal.
- Mikrokuretase dilakukan jika uji kehamilan menunjukkan hasil negatif karena terdapat risiko bahwa tindakan ini dapat meng-gangu kehamilan dini.
- Pasien tidak dalam keadaan demam tinggi, atau sakit berbahaya di alat kelamin (misal infeksi atau perdarahan vagina).
- Pasien diharuskan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum tindakan.
- Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan.
- Untuk menghindari kecemasan, biasanya sebelum dilakukan tindakan pasien diberikan obat penenang, dan setelah tindakan diberikan obat pereda nyeri
- Setelah tindakan dan bilamana telah sadar dari pengaruh obat penenang, pasien boleh pulang dan periksa kembali ke dokter 2 minggu kemudian.
- Pasien mungkin akan mengalami kram ringan satu jam setelah tindakan (setelah khasiat obat penenang hilang), dan juga mengalami bercak darah (spotting). Perdarahan ringan dan spotting dapat menetap hingga siklus haid berikutnya (sekitar 7 hari lagi).
Ada beberapa cara untuk melakukan biopsi endometrium. Dokter
mungkin menggunakan:
- perangkat lunak strawlike (pipelle) untuk mengambil contoh kecil dari lapisan di rahim. Metode ini cepat dan tidak menyakitkan.
- Sebuah alat yang tajam bermata disebut kuret. Dokter akan mengikis sampel kecil dan mengambilnya dengan jarum suntik atau hisap. Ini disebut dilatasi dan kuretase (D & C). A & P dapat dilakukan untuk mengendalikan perdarahan uterus berat (perdarahan) atau untuk membantu menemukan penyebab pendarahan. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum atau regional.
- Suatu alat elektronik hisap (Vabra aspirasi). Metode ini menyebabkan tidak nyaman.
- Sebuah semprotan cair (irigasi jet) untuk mencuci dari beberapa jaringan yang melapisi rahim. Sebuah sikat dapat digunakan untuk menghapus beberapa lapisan sebelum dilakukan pencucian
- Pasien terletak di meja periksa dalam posisi yang sama dengan yang digunakan untuk mendapatkan Pap smear. Dokter menggunakan spekulum untuk membuka saluran vagina dan memvisualisasikan serviks, pembukaan ke rahim. Selama biopsi endometrium, dokter memasukkan plastik tipis atau perangkat logam berbentuk tabung melalui leher rahim ke dalam rahim untuk menghapus sepotong kecil dari jaringan lapisan dalam.
2.4.3. Efek
samping terhadap pasien
Adapun efek samping dari
biopsy endometrium:
1.
Resiko utama adalah rasa sakit atau
kram, tetapi ini biasanya mereda cepat mengikuti prosedur.
2. Setelah
prosedur, beberapa pasien mungkin mengalami pendarahan.
3. Sebuah
perforasi rahim atau infeksi komplikasi jarang terjadi.
4. Risiko
lainnya kurang umum seperti pingsan atau pusing, infeksi mungkin, perdarahan,
dan jarang, perforasi rahim.
2.5 KULTUR
2.5.1. Pengertian Kultur Keputihan
Adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau bakteri penyebab
keputihan patologis apabila dengan pengobatan biasa tidak membuat keputihan
berkurang atau sembuh. Dengan adanya kultur, dokter akan dapat memberikan
terapy yang tepat untuk jenis bakteri atau kuman penyebab keputihan sehingga
keputihan dapat disembuhkan.
Sangat
baik dilakukan pada pasien yang belum pernah berhubungan atau senggama.
2.5.2. Pencegahan Keputihan
-
Menjaga kebersihan vagina.
-
Hindari pembilasan vagina yang terlalu mendalam.
-
Mencuci tangan sebelum dan sesudah membasuh vagina.
-
Pergantian pembalut dilakukan lebih sering pada saat menstruasi.
-
Hindarkan segala pemakaian bahan kimia
-
Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan.
-
Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan.
- Menjaga kebersihan pasangan seksual.
2.5.3. Prosedur
Pemeriksaan Per Vaginam
1. Memberitahu dan
menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
2. Menyiapkan alat dan
bahan, membawa ke dekat pasien
- Kapas lidi steril atau oase.
- Obyek glass.
- Bengkok .
- Sarung tangan.
- Spekulum.
- Kain Kassa, kapas sublimat dan perak.
3. Memasang sampiran
4. Membuka atau
menganjurkan pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privasi pasien).
5. Memasang
pengalas dibawah bokong pasien.
6. Mengatur
posisi pasien dengan kaki di tekuk .
7. Mencuci
tangan dengan sabun, air mengalir, dan mengeringkan dengan handuk bersih.
8. Memakai
sarung tangan.
9. Buka
labia mayoranya dengan ibu jari, jari telunjuk tangan yang tidak dominan.
10.
Mengambil sekret vagina dengan kapa lidi, tangan yang dominan sesuai kebutuhan.
11.
Mengusapkan sekret vagina pada obyek glass yang disediakan
12.
Membuang kapas lidi dalam bengkok.
13.
Memasukkan obyek glass kedalam piring petri atau kedalam tabung kimia dan
ditutup.
14. Memberi label dan mengisi formulir
pengiriman spesimen uantuk di kirim ke laboraturium .
15.
Membereskan alat.
16.
Melepas sarung tangan.
17.
Mencuci tangan dengan sabun , air mengalir dan mengeringkan dengan handuk
bersih.
18.
Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
2.6 ABORSI
2.6.1. Pengertian
Definisi
aborsi/abortus menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adalah
pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu) atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau
kurang dari 20 minggu).
2.6.2. Macam-Macam Aborsi
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
2.6.3. Tindakan Aborsi
Ada
2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1. Aborsi
dilakukan sendiri
Aborsi
yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang
membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan
sengaja ingin menggugurkan janin.
2. Aborsi dilakukan orang lain
Orang
lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang
digunakan juga beragam.
Aborsi yang dilakukan
seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam
5 tahapan, yaitu:
1. Bayi
dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
3. Potongan
bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan
disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di
tanah kosong, atau dibakar di tungku
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di
tanah kosong, atau dibakar di tungku
2.6.4. Resiko Aborsi
1.
Kematian mendadak karena pendarahan
hebat.
2.
Kematian mendadak karena pembiusan yang
gagal.
3.
Kematian secara lambat akibat infeksi
serius disekitar kandungan.
4.
Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5.
Kerusakan leher rahim (Cervical
Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
6.
Kanker payudara (karena
ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
7.
Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
8.
Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
9.
Kanker hati (Liver Cancer).
10.
Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa)
yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
kehamilan berikutnya.
11.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki
keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
12.
Infeksi rongga panggul (Pelvic
Inflammatory Disease).
13.
Infeksi pada lapisan rahim
(Endometriosis)
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Banyak
berbagai macam cara pemeriksaan untuk mengetahui kanker dalam vagina seperti, Pap
Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim
dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. IVA merupakan pemeriksaan leher
rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher
rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Kuret atau
kuretase merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa
jaringan dari dalam rahim. Biopsi endometrium adalah pemeriksaan untuk menilai ciri, bentuk,
dan besarnya sel selaput lendir rahim (endometrium).
Kultur
Keputihan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau
bakteri. Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu)
atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
3.2
Saran
1.
Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan.
2. Bagi
petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan kita untuk memberikan health education.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar